Gambar : Sindonews |
Kalimat di atas sering aku lontarkan di tongkrongan atau sekadar di obrolan santai dengan teman ketika sudah bicara mengenai privasi data kita, yang sudah hidup di dunia digital, kemudian terjebak ekosistem digital, dan apesnya, hidup menjadi warga di bawah perlindungan UU di Indonesia, yang perlindungannya "ekhemm.." seperti itulah.
Gak usah jauh-jauh, banyak dari kita bahkan menjadikan data pribadi untuk dimonetisasi, ada yang langsung, ada yang gak secara langsung juga. Di Media sosial misalnya, menjadi sebuah etalase raksasa yang mengumbar bukan hanya data pribadi, tapi juga pemikiran pribadi bahkan preferensi pribadi. Tubuh, bahkan otentikasi wajah kita sudah bukan sepenuhnya milik kita lagi. Algoritma Face Recognition mengumpulkan secara gratis data keunikan di setiap wajah kita. Itulah kenapa ketika kita ada di foto seseorang, maka media sosial seperti Facebook akan mengenali bahwa itu adalah kita. Belum lagi data yang lebih advance seperti retina mata dan suara kita, pastinya di "mining" juga dong oleh mereka, iyalah masa enggak?
Dan lihat sekeliling kita, siapa yang nggak punya media sosial? Kalaupun iya, apa dia nggak pernah diajak foto, video atau collab dengan temannya yang diunggah di media sosial? Kalaupun ada yang kayak gitu, rasanya data dia juga belum aman-aman banget. Tengok juga apa dia sudah memakai smartphone? Kalaupun masih pakai HP jadul, apa di rumah itu nggak ada smartphone sama sekali?
Inti dari pertanyaan di atas adalah bahwa algoritma tetap mempunyai seribu jalan untuk mengumpulkan data kita, jadi alasanmu nggak mau buka akun media sosial karena takut datanya dicuri itu alasan klasik banget, rasanya sulit untuk keeping semua data yang kita punya, gak perlu menjadi paranoid akan data pribadi, tapi menjaga privasi data adalah hal penting yang tetap harus kita lakukan, yang terbaik adalah filtering, layer mana yang bisa dibagikan untuk umum, lalu mana yang hanya diketahui ring 1 saja.
Karena sekuat-kuatnya kita menggenggam data pribadi, ujung-ujungnya bocor bukan karena kita, tapi karena sisi eksternal. Provider misalnya, atau aplikasi, atau bahkan lembaga pemerintah di mana data lengkap kita ada di sana. Sekarang coba aku tanya, siapa sih di antara kita yang gak punya akun Bukalapak dan Tokopedia? Oke masih ada yang gak punya, sekarang aku tanya 1 lagi, siapa dari kita yang datanya gak ada di POLRI dan KPU? Oke masih ada, anak di bawah umur misalnya. Pertanyaan terakhir, siapa yang datanya tidak ada di BPJS?
Perlu dicatat bahwa yang aku sebutkan di atas datanya sudah bocor ke mana-mana, jadi percuma kamu gak punya medsos demi melindungi data kalau akhirnya datamu bocor dari sisi lain. Belum lagi banyaknya website dan aplikasi #DigitalDigitalTaiKucing yang mengumpulkan data pengguna seenak udelnya sendiri.
Oh ya, pernah masuk gedung dan KTP kita harus ditinggal diganti dengan Access Card? kalau iya, siapa yang bisa menjamin kalau KTP kita tidak diduplikat, dipindai, atau disalin datanya?
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus