Zenisme.id - Semenjak virus Corona mewabah, perusahaan dan para pekerjanya dihadapkan pada keadaan darurat. Kegiatan kantor dan usaha harus diminimalkan, atau bahkan harus di shutdown. Istilah kerja dari rumah pun menjadi banyak yang membicarakan dan dari situlah yang akhirnya mempopulerkan istlah WFH, Work From Home, Kerja Remote, Kerja Dari Rumah, atau terserah apalah, you name it.
Nah sekarang waktunya kita bahas sistem kerja yang kaya gini nih mumpung sudah banyak orang yang melek, sebenarnya aku sudah membuat artikel tentang kerja remote dari beberapa tahun lalu karena kantorku sudah menerapkan sistem remote yang akhirnya menjadikanku digital nomad sampai sekarang, tapi karena yang concern akan hal itu hanyalah segelintir orang dan masih banyak orang yang belum tahu menahu, maka kusimpulkan memang belum waktunya. Nah kalau sekarang aku rasa keadaan memang sudah memaksa orang-orang untuk tahu dan bahkan menerapkan sistem kerja remote ini. Tulisan ini sedikit panjang, aku bagi menjadi 7 bagian agar lebih renyah dbaca dan bisa dinikmati secara perlahan.
Mungkin kamu pernah dengar istilah Kerja Remote dan bahkan sudah berandai-andai betapa indahnya hidup kalau bisa bekerja secara jarak jauh, cukup online saja.
Tanpa bermacet-macet ria, desak-desakan di angkutan umum, bisa tidur sampai siang, bisa bekerja kapanpun kamu mau, bisa sambil nenenin pacar, main sama anak, sembari traveling. Apalagi kalau dibarengi gaji dalam USD. Hmmm nikmat mana lagi?
Bekerja remote nggak seindah itu kok, jadi kamu ga perlu iri sama aku. Eh
Tapi memang faktanya bekerja jarak jauh tidak seindah itu kok.
Pertama-tama aku mau jabarkan dulu nih beberapa tipe dan sudut pandang yang dapat membuat kamu berpikir ulang atau bahkan tambah termotivasi untuk menjadi remote worker kaya aku.
Remote working itu sistem kerja yang bisa dari mana saja. Jadi meskipun diistilahkan kerja dari rumah atau work from home, sejatinya bisa dikerjakan dari mana saja selama infrastrukturnya mendukung. Nggak harus di rumah juga.
Jika di kantor konvensional para pekerja dikumpulkan di suatu tempat atau gedung, dan bekerja di waktu yang sama dan ditentukan dari awal. Di remote working, kerjaan bebas dilakukan di mana saja. Di kamar, cafe, di rumah nenek, sambil kongkow di starbuck, di wc, selama nyaman dan memenuhi syarat dasar untuk kerja dan minim distraksi atau gangguan.
Aku dan tim terbiasa bekerja secara remote. Membagi project menjadi joblist dan di arrange ke anggota tim. Kita janjian menentukan deadline, dan semua sudah paham konsekuensi masing-masing. Ikatan waktu hanya saat deadline dan meeting bersama saja. Di luar itu, hanya perlu report progress, atau mengajak mabar PUBG.
Oh ya, remote working beda dengan freelance yah. Ini dua istilah yang tidak sama, karena freelance lebih kepada sebuah ikatan kerja, serta biasanya freelancer bekerja individual, meskipun beberapa ada juga yang bekerja tim.
Sedangkan remote worker mayoritas bekerja dalam tim dan dia adalah karyawan di suatu perusahaan hanya saja waktu kerjanya yang fleksibel.
Remote working itu sistem kerja, sedangkan freelance salah satu jenis ikatan kerja, seperti layaknya pekerja part time dan full time.
Remote working ini sudah ada sejak lama, hanya saja makin optimal dengan pesatnya teknologi terutama internet, jadi semakin banyak perusahaan yang menerapkannya, bahkan kabarnya ada wacana kalau ASN nanti ada yang remote working. Inovasi yang bagus menurutku, selama KPI yang dicapai jelas. Toh ngantor 8 jam sehari juga beneran kerjanya hanya beberapa jam saja.
Beberapa orang bilang kalau kerja remote itu kerjaan yang santai, flexible dan bisa malas-malasan. Perlu diluruskan kalau flexibel itu belum tentu santai. Justru karena fleksibilitas itu pekerja remote harus membuat ritme jam kerjanya sendiri yang kadang bisa lebih lama dari jam ngantor biasanya.
Jadi apakah dengan WFH bisa lebih santai di rumah ?
(BERSAMBUNG)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus